Bupatijepara.id JEPARA – Sebanyak 142.625 anak menjadi target imunisasi polio di Kabupaten Jepara. Program imunisasi ini dilakukan 2 putaran. Masing-masing dimulai pada 15 Januari dan 19 Februari 2024.
Penjabat Bupati Jepara Edy Supriyanta pada putaran pertama melakukan pencanangan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio ini di Balai Desa Senenan, Selasa, (16/1/2024).
“Arahan dari kementerian, minimal 95% dari jumlah anak kita harus sudah divaksin. Tapi saya minta, kalau bisa 100%,” kata Edy.
Terkait Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio yang terjadi di sejumlah daerah di luar Jepara, ia meminta agar Dinas Kesehatan melakukan tindak pencegahan. Salah satunya dengan program pemberian vaksin polio dengan tindakan jemput bola dan tidak hanya menunggu masyarakat ke fasilitas kesehatan secara sukarela. Dengan program tersebut diharapkan KLB Polio tidak terjadi di Jepara.
“Saya minta para mantri desa, bidan desa, dibantu anggota TNI, Polri, dan Satpol PP untuk bergerak aktif. Datangi, data, dan berikan vaksin polio serta sosialisasi,” tandasnya.
Dari jumlah sasaran itu, wilayah sasaran terbanyak berada di Puskesmas Tahunan dengan jumlah 14.638 anak. Pj. Bupati memastikan jumlah ketersedian vaksin polio di Jepara dapat mencakup seluruh anak, dengan jumlah alokasi vaksin yang didapat dari Kemenkes RI sejumlah 7.516 vial (50 dosis per vial).
“Kalau 1 anak sudah terkena, imbasnya bisa ke 200 anak lainnya. Karena penularannya sangat cepat melalui feses dan air liur,” imbuhnya.
Ia mengatakan dampak dari polio sangat berbahaya bagi tumbuh kembang anak. Sebab dapat mengakibatkan kelumpuhan hingga kematian karena lumpuh pada saluran pernapasan. Untuk itu ia meminta kepada para camat dan petinggi untuk mensosialisasikan kepada masyarakat dan mendorong agar balitanya mau untuk divaksin. Selain itu ia mengajak PKK dan Dasa Wisma untuk membantu dalam pemberian imunisasi bagi para balita.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara Mudrikatun mengungapkan jika capaian imunisasi polio tahap 1 sudah lebih dari 90 persen. Tidak adanya penolakan dari warga perihal imunusaai polio ini menjadikan proses yang dilakukan tenaga kesehatan (nakes) bisa lebih cepat.
“Jika sebelumnya, imunisasi polio hanya dilakukan di Puskesmas dan Posyandu. Namun, skema itu diubah dengan menerjunkan nakes ke rumah-rumah warga. Teman-teman nakes di Puskesmas terus keliling ke rumah-rumah warga,” kata Mudrikatun.