Bupatijepara.id JEPARA – Tokoh wanita Jepara Ratu Kalinyamat akhirnya ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Penganugrahan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional akan dilakukan pada Jumat, 10 November 2023 di Istana Negara. Informasi resmi soal penetapan ini diterima oleh jajaran Pemkab Jepara pada Selasa, 7 November 2023.
Informasi soal penetapan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional tertuang dalam surat Sekretaris Militer Presiden, Kementerian Sekretariat Negara RI Nomor R-09/KSN/SM/GT.02.00/11/2023 tertanggal 3 November 2023. Selain Kalinyamat, 4 tokoh lainnya juga ditetapkan menjadi pahlawan nasional. Yakni Ida Dewa Agung Jambe dari Bali, Bataha Santiago dari Sulawesi Utara, M. Tabrani dari Jawa Timur, K.H. Abdul Chalim dari Jawa Barat, dan K.H. Ahmad Hanafiah dari Lampung.
Penjabat Bupati Jepara Edy Supriyanta mewakili ahli waris dan masyarakat Jepara akan menerima penganugrahan ini beserta sejumlah pendamping. Selasa sore, Edy Supriyanta bersama dengan Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat selaku inisiator pengusulan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional langsung melakukan ziarah ke makam tokoh perempuan Jepara itu di Desa Mantingan.
Ziarah ke makam ini menjadi salah satu bentuk syukur atas penetapan Kalinyamat pahlawan nasional ini. Sebab, pengusulan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional sudah melalui jalan yang panjang sejak beberapa tahun lalu. Pj Bupati Jepara menyebut jika pengusulan Kalinyamat ini sudah dilakukan sejak 2007 lalu dan sempat dilakukan penolakan.
“Alhamdulilah, kita bersyukur karena pengajuan ini sudah lama dilakukan dan sempat menemui jalan yang berliku karena kurangnya sumber data. Tapi akhirnya kini bisa terwujud dan menjadi kebanggaan bagi kita,” kata Edy di Makam Mantingan.
Menurut Bupati, penganugrahan ini menjadi hal luar biasa bagi warga Jepara. Ini menjadi motivasi bagi masyarakat Jepara untuk mencintai daerahnya dan bergotong royong dalam membangun Jepara,.
“Sebagai warga Jepara, warisan semangat dari para pahlawan ini wajib kita teladani,” jelas Edy.
Sementara itu, Lestari Moerdijat yang juga Ketua Yayasan Dharma Bakti Lestari mengatakan bahwa ini merupakan bentuk kerjasama yang baik antara Pemerintah Kabupaten Jepara, para akademisi, dan seluruh elemen masyarakat.
“Proses ini seperti mengumpulkan kepingan sejarah yang tidak mudah, dan dua kali mengalami penolakan namun akhirnya berhasil,” ucap Lestari.
Sebab penolakan menurutnya ialah kurangnya bukti otentik yang membuktikan sejarah perjuangan Ratu Kalinyamat. Namun dukungan dari para akademisi, sejarawan, dan penggiat budaya dalam menggali bukti sejarah dapat membuahkan hasil.
“Kami juga mencari arsip sejarah hingga ke Porto, Portugal sebagai bukti primer. Alhamdulilah di Portugal kita mendapati hingga 8 sumber primer terkait Ratu Kalinyamat ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan hubungan Jepara dengan kerajaan lain di sekitar nusantara pada masa Ratu Kalinyamat terjalin sangat baik. Hal tersebut dibuktikan dengan data sejarah dari Prof. Hisbullah Yusuf dari Malaysia yang menjelaskan bahwa hubungan Jepara dan Aceh berhasil membuat pertahanan maritim yang kokoh dalam melawan Portugis. (Tim Dokumentasi Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan)