JEPARA – Penjabat Bupati Jepara Edy Supriyanta menargetkan tahun 2023 mendatang tidak ada lagi kasus stunting di Jepara. Saat ini, setidaknya ada 7005 balita yang gagal tumbuh secara normal karena kekurangan gizi kronis. Hal ini disampaikan saat Pencanangan Grebek Stunting yang dipusatkan di Balaidesa Sowan Lor Kecamatan Kedung, Kamis (14/7/2022).
“Dengan kerja bareng semua elemen, kita menargetkan tahun 2023 Jepara bebas stunting. Semuanya harus bergerak. Termasuk kita sudah memebntuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS),” kata Pj Bupati.
Grebek Stunting ini dilakukan dengan menghadirkan ratusan balita dan ibu hamil di Desa Sowan Lor. Balita dan ibu hamil secara bersama-sama minum susu dan kacang ijo dan sejumlah makanan bergizi lainnya.
“Balita yang mengalami stunting akan didampingi selama tiga bulan untuk dilihat perkembangannya. Harapannya setelah dilakukan pendampingan ini, maka yang bersangkutan akan bebas dari stunting,” jelas Edy.
Untuk mengatasi stunting ini, lanjut Edy, pihaknya juga mendukung pendanaan yang bersumber dari APBD. Dirinya tidak mempermasalahkan jika anggaran habis, asalkan masyarakat Jepara sehat semua.
“Tidak apa duit habis, asal warga kita sehat. Untuk kerja tim itu secara rutin kita pantau melalui petinggi, camat, di bawah kepala dinas Kesehatan,” bebernya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara Muh Ali menambahkan, perilaku makanan menjadi faktor utama stunting tinggi di Kecamatan Kedung. Pemberian makanan kepada balita tidak diperhatikan kandungan gizinya. Hal itu terjadi di anak-anak yang berasal dari keluarga berkecukupan dan keluarga.
Menurutnya, sejak anak di dalam kandungan dan sampai umur 1000 hari kandungan gizi anak harus diperhatikan. Apabila dalam usia itu gizi anak kekurangan, maka yang terjadi anak tersebut mengalami stunting. Untuk itu pihaknya meminta pemberian makanan kepada bayi harus diperhatikan nilai gizinya.
“Kita akan mengkampanyekan makan makanan bergizi dan pendampingan anak stunting dan ibu kekurangan energi dan kalori,” tandasnya.